Jumat, 23 Maret 2012

Sejarah Berdirinya Persis ( Persatuan Islam )

Persis dan Gerakan Tajdid

Jumlah organisasi Islam di Indonesia sangat banyak. Salah satunya adalah Persatuan Islam ( Persis ). Organisasi ini didirikan pada 12 September 1923 di Bandung, oleh H Zamzam dan H Muhammad Yunus. Keduanya merupakan ulama yang berasal dari Sumatra. Organisasi ini didirikan sebagai respons atas kondisi umat Islam yang terbelakang akibat penjajahan.
Organisasi ini dikenal luas sebauah gerakan pembaruan Islam ( harakah tajdid ). Misi utamanya adalah mengembalikan umat Islam kepada Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Persis lahir untuk menghadirkan Islam yang sesuai dengan kedua sumber hukum Islam tersebut.
Aktivitas utama Persis adalah dalam bidang dakwah, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Melalui peran ini, Persis ingin berperan aktif dalam memberikan kontribusi untuk meluruskan pemahaman umat Islam yang keliru terhadap agamanya. Ada dua agenda besar yang ingin dicapai Persis, yakni memurnikan akidah umat ( Ishlah al-’Aqidah ), dan meluruskan ibadah umat ( Ishlah al-’Ibadah ).
Sejak berdirinya pada 1923, Persis tetap konsisten berjuang menegakkan misi utama organisasi ini. Bahkan, Ahmad Hassan, sang guru utama Persis, harus berhadapan dengan sejumlah tokoh yang mendebatnya, karena dianggap pandangannya yang radikal. Namun, semua itu dibuktikan A Hassan dengan dasar-dasar yang konkret dalam Alquran. A Hassan menginginkan umat ini kembali mengkaji Al-Quran dan Sunnah, sebagai rujukan utama. Bila tidak ditemukan dasarnya dalam kedua sumber hukum Islam tersebut, maka perbuatan itu harus ditinggalkan.
Dari sini, lahirlah sejumlah tokoh Islam. seperti Mohammad Natsir (mantan perdana menteri RI), KH Mohammad Isa Anshary ( singa mimbar ), KH Endang Abdurrahman ( ulama yang rendah hati ), KH Abdul Lutfi Muchtar ( ulama yang memberi warna baru di tubuh Persis ), Shiddiq Amien ( ulama dan dai yang rendah hati ), serta masih banyak lagi. Semuanya memiliki visi yang sama, yakni memurnikan ajaran Islam yang berkembang di masyarakat, seperti bid’ah, khurafat, dan takhayul.
Untuk memperkuat visi dan misinya, maka dibentuklah sejumlah badan otonom. Seperti Persatuan Islam Istri ( Persistri ), Pemuda Persatuan Islam, Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam, Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam, dan Ikatan Santri dan Pelajar Persatuan Islam, yang kini tengah digodok. Upaya ini dilakukan untuk membekali dan membentengi akidah umat Islam sejak dini.
Persatuan Islam sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah, saat ini telah memiliki sekitar 215 pondok pesantren, 400 masjid, serta sejumlah lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Itu semua tersebar di seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, Persis juga berkontribusi dalam pengelolaan dan pendistribusian aset umat dalam bentuk zakat, wakaf, dan pengelolaan ekonomi umat, seperti Pusat Zakat Umat ( PZU ) dan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ).
Kini, program utama yang dikembangkan Persis pada lima tahun ke depan adalah menegaskan kembali peran Persis sebagai gerbong pembaruan pemikiran keislaman, gerakan dakwah dan pendidikan untuk mewujudkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Persis dan Pemurnian Islam

Persis bermula dari kelompok tadarusan di Kota Bandung yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.

Keberadaan penjajah Belanda di Indonesia telah melahirkan semangat persatuan dan keberagamaan umat Islam. Sebab, kedatangan penjajah ke bumi nusantara telah membawa sejumlah peradaban baru yang sebagian di antaranya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, tingkat keberagamaan umat Islam juga mulai bercampur dengan kebiasaan dan tradisi yang menurut beberapa tokoh tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Kondisi inilah yang menyebabkan lahirnya sejumlah organisasi keislaman di bumi nusantara. Hingga saat ini, tercatat cukup banyak organisasi Islam di Indonesia. Salah satunya adalah Persatuan Islam ( Persis ). Organisasi ini didirikan di Bandung pada 12 September 1923 oleh sekelompok tokoh Islam yang berminat dalam pendidikan serta gerakan pemurniaan dan pembaruan ( tajdid ) Islam. Gerakan ini dilakukan oleh sejumlah tokoh-tokoh Islam yang sebagian besar berusia muda.
Sebagaimana diketahui, gerakan pembaruan Islam mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1802 atau bersamaan dengan kembalinya sejumlah ulama Indonesia dari Tanah Suci Makkah. Para ulama ini melihat secara langsung gerakan pemurnian Islam di Jazirah Arab.
Mereka kemudian mengembangkan gerakan tajdid. Melalui gerakan tersebut, para ulama ini berupaya meluruskan semua praktik ibadah di kalangan masyarakat Muslim yang masih bercampur dengan bid’ah dan khurafat. Praktik ibadah seperti itu dipandang tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.